Di negara berkembang seperti di Indonesia
ini, ukuran pendidikan ditentukan oleh pandangan mengenai apa yang disebut
dengan pembangunan. Karena itulah, ukuran keberhasilan output dari pendidikan
adalah sejauh mana seorang santri atau alumni pesantren mampu mengaplikasikan
ilmu yang dicapainya untuk pembangunan. Dunia semakin modern dan arena
pertarungan terus digelar. Untuk sekedar mempertahankan hidup, maka masyarakat
pesantren tentunya tidak cukup hanya menjadi imam masjid dan mengantungkan
perekonomiannya dari pemberian masyarakat sekitar. Begitu juga, dengan hanya
memperkuat ranah akhirat saja, pelan tapi pasti pesantren akan ditinggal oleh
masyarakat.
Demikianlah mau tidak mau, pesantren harus mulai memoles dirinya, mengemasnya secara lebih cantik dalam rangka mempertahankan daya jualnya di hadapan masyarakat banyak. Karena itulah pendidikan keterampilan menjadi begitu penting untuk diterapkan di pondok pesantren.
Demikianlah mau tidak mau, pesantren harus mulai memoles dirinya, mengemasnya secara lebih cantik dalam rangka mempertahankan daya jualnya di hadapan masyarakat banyak. Karena itulah pendidikan keterampilan menjadi begitu penting untuk diterapkan di pondok pesantren.
Dengan landasan balancing, antara dunia dan akhirat, maka kombinasi antara ilmu
agama dan ilmu keduniawian, diharapkan seorang santri kelak akan siap
berhadapan dengan masyarakat serta mengemban pemegang otoritas keagamaan.
Selain itu, seorang santri juga harus siap untuk memasuki lapangan kerja.
Sehingga, tidak ada lagi seorang kiai yang hidupnya bergantung pada shadaqah
masyarakat sekelilingnya.
Beberapa waktu yang lalu, sebagaimana yang dilaporkan oleh dawam, beberapa pondok pesantren telah mengawali program-program keterampilan untuk anak didiknya, pondok pesantren Darr al-Falah yang terkenal dengan program pendidikan pertaniannya, lalu madrasah al-Islam yang didirikan oleh ulama hadits terkemuka Imam al-Ghazali, di mana pondok ini mulai mengajarkan survey kecil-kecilan untuk merangsang minat santri terhadap science. Demi terlaksananya program tersebut dengan baik, pondok tersebut memperlengkap diri dengan menyediakan berbagai macam fasilitas, seperti sebuah laboratorium yang menyimpan kumpulan herbarium, alat-alat ilmu pengetahuan alam, serta koleksi binatang-binatang. Selain juga menyediakan fasilitas perpustakaan sebagai sumber referensi. Selain madrasah al-Islam, tindakan serupa juga dilakukan di pondok pesantren Pabelan. Begitu seterusnya pondok-pondok lain yang tidak bisa disebut secara menyeluruh di sini.
Zaman sudah berubah dan tuntutan pun semakin semakin hari semakin bertambah banyak bagi kalangan pesantren, perbedaan asal santri yang masuk ke dalam pondok pesantren agaknya juga mendapat perhatian khusus. Ruang dan daerah yang berbeda, pastilah membutuhkan modal keterampilan yang berbeda pula. Jika dulu, para santri yang biasanya belajar adalah berasal dari kaum homogeny, penduduk desa saja. Maka, belakangan pondok pesantren juga mulai kebanjiran pendatang yang dari kota. Untuk santri kota ini, keterampilan semacam bercocok tanam saja tentu tidak cukup. Kepada mereka perlu sekali diajarkan ilmu manajemen, ilmu perdagangan, ilmu bangunan. Begitu juga keterampilan penggunaan alat-alat teknologi, seperti computer, mesin, internet.
Beberapa keterampilan yang sekiranya penting untuk diajarkan antara lain:
Beberapa waktu yang lalu, sebagaimana yang dilaporkan oleh dawam, beberapa pondok pesantren telah mengawali program-program keterampilan untuk anak didiknya, pondok pesantren Darr al-Falah yang terkenal dengan program pendidikan pertaniannya, lalu madrasah al-Islam yang didirikan oleh ulama hadits terkemuka Imam al-Ghazali, di mana pondok ini mulai mengajarkan survey kecil-kecilan untuk merangsang minat santri terhadap science. Demi terlaksananya program tersebut dengan baik, pondok tersebut memperlengkap diri dengan menyediakan berbagai macam fasilitas, seperti sebuah laboratorium yang menyimpan kumpulan herbarium, alat-alat ilmu pengetahuan alam, serta koleksi binatang-binatang. Selain juga menyediakan fasilitas perpustakaan sebagai sumber referensi. Selain madrasah al-Islam, tindakan serupa juga dilakukan di pondok pesantren Pabelan. Begitu seterusnya pondok-pondok lain yang tidak bisa disebut secara menyeluruh di sini.
Zaman sudah berubah dan tuntutan pun semakin semakin hari semakin bertambah banyak bagi kalangan pesantren, perbedaan asal santri yang masuk ke dalam pondok pesantren agaknya juga mendapat perhatian khusus. Ruang dan daerah yang berbeda, pastilah membutuhkan modal keterampilan yang berbeda pula. Jika dulu, para santri yang biasanya belajar adalah berasal dari kaum homogeny, penduduk desa saja. Maka, belakangan pondok pesantren juga mulai kebanjiran pendatang yang dari kota. Untuk santri kota ini, keterampilan semacam bercocok tanam saja tentu tidak cukup. Kepada mereka perlu sekali diajarkan ilmu manajemen, ilmu perdagangan, ilmu bangunan. Begitu juga keterampilan penggunaan alat-alat teknologi, seperti computer, mesin, internet.
Beberapa keterampilan yang sekiranya penting untuk diajarkan antara lain:
- Keterampilan
beternak dan bercocok tanam;
- Seni tulis, dan
- Penguasaan
teknologi.
0 komentar:
Posting Komentar